Tuesday, July 2, 2013

lemak

LEMAK


      Bahan – bahan dan senyawa kimia akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya dengan zat pelarut. Tetapi polaritas bahan dapat berubah karena adanya proses kimiawi. Misalnya asam lemak dalam larutan KOH berada dalam keadaan terionisasi dan menjadi lebih polar dari aslinya sehingga mudah larut serta dapat di ekstraksikan dengan air. Ekstraksi asam lemak yang terionisasi ini dapat di netralkan kembali dengan menambahkan asam sulfat encer (10 N) sehingga kembali menjadi tidak terionisasi dan kembali mudah di ekstraksikan dengan pelarut non – polar.
      Lemak dan minyak merupakan senyawan trigliserida atau triasgliserol, hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilatdan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam minyak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.
      Saponifikasi adalah hidrolisa lemak dan minyak dengan suatu basa kuat. Hasilnya adalah gliserol dan asam dari asam itu sendiri yang dikenal degan sabun. Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek mempunyai berat molekul yang relatif kecil, mempunyai angka penyabunan yang besar, sedangkan minyak mempunyai berat molekul yang besar, sehingga angka penyabunan relatif kecil.
      Bilangaan penyabunan suatu lemak/minyak adalah banyaknya mg KOH atau NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Alkhohol yang ada dalam KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa agar supaya mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun.
Tb = Volume Blangko (mL)
Ts  = Volume Titrasi (mL)
1.3  Organisasi
1.3.1                  Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok praktikum dan masing – masing kelompok dipimpin seorang ketua kelompok.
1.3.2                  Semua kelompok kerja praktikum dibimbing seorang dosen pembimbing praktikum dibantu oleh teknisi laboratrium.     
BAB II
MATERI DAN METODOLOGI
2.1 Materi
Alat
            1. Beker Gelas
            2. Pipet Volume
            3. Pipet Tetes
            4. Erlenmeyer
Bahan
            1. Minyak
            2. KOH 0,5 N
            3. HCl 0,5 N
            4. Indikator PP
2.2 Metodologi
Membuat  volume titrasi
1.      Menimbang  5 gram minyak dalam beker glass
2.       Menambahkan 50 ml larutan KOH 0.5 N alkoholik.
3.      Mendidihkan minyak yang tersabunkan secara sempurna dengan ditandai dengan tidak terlihat butir – butir minyak dalam larutan selama 10 – 15 menit.
4.      Mendinginkan minyak tersabunkan dan setelah dingin di titrasi dengan HCl 0.5 N menggunakan indikator PP sebanyak 3 tetes.
5.      Mengamati perubahan yang terjadi.
6.      Mencatat hasil pengamatan dalam bentuk tabel.
Membuat volume blangko
1.      Menimbang  5 gram air dalam beker glass
2.      Menambahkan 50 ml larutan KOH 0.5 N alkoholik.
3.      Mendidihkan air yang tersabunkan selama 10 – 15 menit.
4.      Mendinginkan air tersabunkan dan setelah dingin di titrasi dengan HCl 0.5 N menggunakan indikator PP sebanyak 3 tetes.
5.      Mengamati perubahan yang terjadi.
6.      Mencatat hasil pengamatan dalam bentuk tabel.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Hasil Pengamatan
Ø  Minyak (5,033 gram)
Warna awal larutan minyak + KOH berwarna putih ada gelembung minyak. Setelah dipanaskan selama 15 menit tidak ada gelembung dan berwarna putih bening. Setelah didinginkan terdapat gelembung – gelembung minyak. Setelah penambahan indikator PP sebanyak 3tetes, warna larutan berubah menjadi merah muda pekat, setelah di titrasi larutan HCl sebanyak 41,2 ml warnanya menjadi putih.
Ø  Air (5,485 gram)
Warna awal putih bening, setelah dipanaskan 15 menit tidak terjadi perubahan warna. Dan kemudian didinginkan tidak terjadi perubahan juga. Setelah penambahan indikator PP sebanyak 3 tetes warna larutan berubah menjadi merah muda pekat. Setelah di titrasi larutan HCl sebanyak 42,7 ml warna larutan berubah menjadi putih bening.
2.      Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan, pada uji minyak atau uji yang dibuat sebagai volume titrasi sebanyak 5,033 gram minyak sebelum di titrasi larutan minyak tersebut ditambahkan dengan larutan KOH 0,5 N berwarna putih ada gelembung minyak. Kemudian minyak dan larutan KOH dipanaskan selama 15 menit tidak ada gelembung dan berwarna putih bening. Kemudian setelah itu, didinginkan sehingga terdapat gelembung – gelembung minyak. Setelah titrasi, larutan tersebut ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes, warnanya berubah menjadi merah muda pekat. Setelah dititrasi dengan larutan HCl sebanyak 41,2 ml warnanya menjadi putih.
Pada uji air atau sebagai uji yang di buat sebagai uji blangko sebanyak 5,485 gram air sebelum di titrasi larutan air tersebut ditambahkan dengan larutan KOH 0,5 N berwarna putih bening. Kemudian air dan larutan KOH dipanaskan selama 15 menit tidak ada perubahan warna. Kemudian setelah itu, didinginkan sehingga tidak terjadi perubahan juga. Setelah titrasi, larutan tersebut ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes, warnanya berubah menjadi merah muda pekat. Setelah dititrasi dengan larutan HCl sebanyak 42,7 ml warnanya menjadi putih bening.
Pada literatur disebutkan bahwa Apabila sejumlah sampel minyak atau lemak  disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak, warna sesudah di titrasi menggunakan indikator PP yaitu merah muda. Larutan alkali yang tinggi ditentukan dengan titrasi menggunakan HCL sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui.
            Dari data uji titrasi dan uji volume dapat di peroleh angka penyabunan sebesar 8,344 gram dengan rincian sebagaai berikut:
Angka penyabunan = (42,7 – 41,2) × 0,5 × 56
                                                              5,033 (gr)
=   42
    5,033
=    8,344 gr
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
 Apabila sejumlah sampel minyak atau lemak  disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak, warna sesudah di titrasi menggunakan indikator PP yaitu merah muda. Larutan alkali yang tinggi ditentukan dengan titrasi menggunakan HCL sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui.
Dari data uji titrasi dan uji volume dapat di peroleh angka penyabunan sebesar 8,344 gram.
Sunday, June 30, 2013

ALEL GANDA

Alel Ganda dan Intraksi Gen

ALEL GANDA
Sistem transportasi dalam tubuh manusia terdiri dari komponen jantung, pembuluh darah dan darah.Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah.Semua manusia pasti mempunyai darah. Tapi ada yang bergolongan darah sama dan ada yang bergolongan darah beda. Golongan darah adalah sifat herediter yang dapat diturunkan dari parental dan maternal kepada keturunannya.
Kegiatan sosial yang kadang kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari adalah kegiatan donor darah.Mungkin di antara Anda ada yang pernah mendonorkan darahnya.Sebelum Anda mentransfusikan darah Anda, pastinya dilakukan uji golongan darah dahulu. Hal ini penting dalam memisahkan golongan darah apa yang nantinya dibutuhkan oleh resipien yang membutuhkan.
Darah yang ada pada tubuh Anda memiliki komponen khusus yang mengekspresikan golongan darah Anda.Komponen itu adalah ada tidaknya aglutinogen dalam serum darah dan ada tidaknya agglutinin pada permukaan sel darah merah.Hal ini sangat penting diketahui, agar darah yang Anda transfusi cocok dengan resipien dan tidak ada penolakan sistem tubuh dari resipien.
Pengetahuan golongan darah ini sangat penting.Misalnya, ada anak yang memiliki golongan darah yang berbeda dengan kedua orang tuanya.Sebagai mahasiswa Biologi kita tidak boleh langsung menjudge anak tersebut bukan anak kandung dari parentalnya karena bisa saja genotipe kedua parentalnya ada yang heterozigot. Contoh, golongan darah A diekspresikan oleh dua genotipe yaitu homozigot dominan atau heterozigot, berarti dipengaruhi oleh alel ganda.
Peristiwa dan kejadian di atas pastinya menggugah rasa ingin tahu kita sebagai mahasiswa Biologi dalam mempelajari golongan darah yang ternyata dipengaruhi oleh alel ganda.Oleh karena pemikiran di atas, maka dilaksanakanlah kegiatan praktikum ini.Sistem penggolongan darah yang kami gunakan adalah sistem penggolongan darah pada umumnya yaitu sistem ABO.
Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya hadir dalam lebih dari dua bentuk sel. Golongan darah ABO pada manusia merupakan satu contoh dari alel berganda dari sebuah gen tunggal. Ada empat kemungkinan fenotipe untuk karakter ini. Golongan darah seseorang mungkin A, B, AB atau O. Huruf-huruf ini menunjukkan dua karbohidrat, substansi A dan substansi B, yang mungkin ditemukan pada permukaan sel darah merah. Kesesuaian golongan darah sangatlah penting dalam transfusi darah. Jika darah donor mempunyai factor (A atau B) yang dianggap asing oleh resipien, protein spesifik yang disebut antibody yang diproduksi oleh resipien akan mengikatkan diri pada molekul asing tersebut sehingga menyebabkan sel-sel darah yang disumbangkan menggumpal (Campbell, 2002).
`    Sebuah gen dapat memiliki lebih dari sebuah alel. Alel-alelnya disebut alel ganda (multiple allele). Sedangkan peristiwa dimana sebuah gen dapat mempunyai lebih dari satu alel disebut: multiple allelomorphi (Henuhili, 2002).
Suatu sifat dikendalikan oleh sepasang alel pada satu lokus gen. Namun pada kenyataannya banyak sifat yang dikendalikan oleh lebih dari satu gen pada lokus yang berbeda dalam kromosom yang sama atau bahkan dalam kromosom yang berlainan. Fenomena ini dinamakan poligen atau gen majemuk. Contoh fenotip pada manusia yang dikendalikan secara poligenik adalah pigmentasi kulit, tinggi badan, dan jumlah gigi dermal (Koesmadji, 2001).
Hewan, tumbuhan dan manusia dikenal mempunyai beberapa sifat keturunan yang ditentukan oleh suatu seri alel ganda. Pada kenyatannya pada suatu lokus (tempat) di kromosom tidak hanya ditempati oleh sebuah gen tunggal saja, tetapi dapat juga ditempati oleh suatu seri dari alel-alel. Alel-alel demikian itu dinamakan alel ganda. Dominansi dan jumlah alel dalam tiap lokusnya berbeda satu sama lain. Beberapa sifat/ fenotip yang dipengaruhi oleh alel ganda diantaranya adalah golongan darah manusia, rambut pada segmen digitalis tengah dari jari-jari tangan, warna mata pada Drosophila, warna rambut pada kelinci dan sebagainya ().
Alel yang anggotanya lebih dari dua disebut alel ganda.Pada Drosophila ditemukan seri alel ganda yang mempengaruhi warna mata yang terdiri tidak kurang dari 14 anggota. Penggunaan symbol bagi anggota-anggota alel tersebut tetap mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku bagi pasangan alel, yaitu untuk sifat yang paling dominan digunakan huruf besar sedangkan bagi anggota-anggota alel lain digunakan huruf kecil dengan suatu superscript (a1 atau as) atau subript (a1 atau as). Urutan dalam penulisan anggota alel disesuaikan dengan urutan dominansi satu sifat terhadap yang lain (Nio, 1990).
Mengikuti penemuan Laidsteiner tentang penggumpalan sel-sel darah merah dan pengertian tentang reaksi antigen-antibodi maka penyelidikan selanjutnya memberi penegasan mengenai adanya dua antibody alamiah di dalam serum darah dua antigen pada permukaan dari eritrosit. Seseorang dapat membentuk salah satu atau kedua antibody itu atau sama sekali tidak membentuknya. Demikian pula dengan antigennya.Dua antigen itu disebut antigen-A dan antigen-B, sedangkan dua antibodi itu disebut anti-A dan anti-B.melalui tes darah maka setiap orang dapat mengetahui golongan darahnya. Berdasarkan sifat kimianya, antigen-A dan –B merupakan mukopolisakarida, terdiri dari protein dan gula. Dalam dua antigen itu bagian proteinnya sama, tetapi bagian gulanya merupakan dasar kekhasan antigen-antibodi. Golongan darah seseorang ditentukan oleh macamnya antigen yang dibentuknya (Suryo, 1990).
Antigen atau aglutinogen yang dibawa oleh eritrosit orang tertentu dapat mengadakan reaksi dengan zat anti atau antibodi atau agglutinin yang dibawa oleh serum darah.Dikenal dua macam antigen yaitu antigen-A dan antigen-B, sedangkan zat antinya dibedakan atas anti-A dan anti-B.Orang ada yang memiliki antigen-A, lain lagi memiliki antigen-B.ada juga yang memiliki kedua antigen, yaitu antigen-A dan antigen-B, sedangkan ada pula yang tidak memiliki antigen-A maupun antigen-B (Suryo, 2000).
Golongan darah manusia ABO ditentukan oleh alel-alel i, IA dan IB. Alel i resesip terhadap IA dan IB. Alel IA dan IB bersifat kodominan, sehingga IB tidak dominan terhadap IA dan sebaliknya IA tidak dominan terhadap IB. interaksi antara alel i, IA dan IB menghasilkan 4 fenotip golongandarah, yaitu O, A, B dan AB. Gen I menghasilkan suatu molekul protein yang disebut isoaglutinin yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Orang dengan alel IA dapat membentuk aglutinogen atau antigen yang disebut antigen-A dalam eritrosit yang kemudian dapat bereaksi dengan antibodi atau agglutinin atau zat anti-B yang terdapat di dalam serum atau plasma darah (Henuhili, 2002).
Antigen A dan B diwariskan sebagai alelomorf Mendel, A dan B adalah dominan. Misalnya, seseorang yang bergolongan darah B mendapatkan turunan satu antigen B dari setiap ayah dan ibu atau satu antigen dari salah satu orang tua dan satu O dari orang tua lain; jadi, seorang individu yang berfenotip B dapat mempunyai genotip BB (homozigot) atau BO (heterozigot). Kalau golongan darah orang tua diketahui, kemungkinan genotip pada anak-anak mereka dapat ditetapkan. Kalau kedua orang tuanya bergolongan B, mereka dapat mempunyai anak bergenotip BB (antigen B dari kedua orang tua), BO (antigen B dari salah satu orang tua, O dari orang tua lain yang heterozigot), atau OO (antigen O dari kedua orang tuanya, yang keduanya heterozigot). Kalau golongan darah seorang ibu dan anaknya diketahui, penggolongan darah dapat membuktikan bahwa seseorang adalah bukan ayahnya, meskipun tidak dapat membuktikan bahwa ia adalah ayahnya. Manfaat prediktif semakin besar kalau penggolongan darah kelompok orang yang bersangkutan ini meliputi pula identifikasi antigen lain selain aglutinogen ABO. Dengan menggunakan sidik DNA,angka penyingkiran paternal meningkat hampir mendekati 100% (Elvita, 2008).
Bahan utama yang digunakan dalam melakukan identifikasi adalah berupa serum anti A dan serum anti B yang diteteskan pada darah probandus. Jika pada anti serum A terjadi penggumpalan (aglutinasi) sedangkan anti serum B tidak, maka golongan darah probandus adalah A. Bila terjadi sebaliknya, maka golongan darah probandus adalah B. Bila kedua-duanya mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah AB. Bila kedua-duanya tidak mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah O (Asriani, 2010).
Penjelasan teori mengenai golongan darah sangat penting mengenal golongan darah sebelum melakukan transfuse darah. Pada serum darah merah akan dibentuk anti bodi. Pada serum darah merah akan dibentuk anti bodi yang dapat mengenali anti gen sel darah merahnya dan antigen asing yang masuk dari luar. Antibodi akan menggumpalkan antigen yang berbeda dari antigen yang dibentuk oleh sel darah merahnya. Jadi antibodi golongan darah A (yang memproduksi antigen A) akan menggumpalkan antigen B dan antibodi golongan darah B (yang memproduksi antigen B) akan menggumpalkan anti gen A. Jika antibody tidak dapat menggumpalkan antigen A dan B karena memproduksi dengan baik antigen tersebut maka golongan darahnya adalah AB. Sebaliknya, jika tidak mengandung antigen baik A maupun B, antibodinya akan menganggap kedua antigen tersebut sebagai zat asing sehingga kedua-duanya akan digumpalkan maka golongan darahnya adalah golongan darah O. Bahan utama yang digunakan dalam melakukan identifikasi adalah berupa serum anti A dan serum anti B yang diteteskan pada darah probandus. Jika pada anti serum A terjadi penggumpalan (aglutinasi) sedangkan anti serum B tidak, maka golongan darah probandus adalah A. Bila terjadi sebaliknya, maka golongan darah probandus adalah B. Bila kedua-duanya mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah AB. Bila kedua-duanya tidak mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah O (Edward, 2010).
Fluktuasi (naik turun) frekuensi gen yang acak (random) atau disebut juga dengan genetic drift pengaruhnya dapat diabaikan pada penduduk yang besar, tetapi pada penduduk yang kecil seperti penduduk yang ada di Pulau Rupat pengaruhnya tidak dapat diabaikan, karena dengan jumlah penduduk yang sedikit maka perkawinan sekerabat dekat banyak berlangsung. Dengan perkawinan demikian yang berlangsung dari generasi ke generasi tentu saja semakin meningkatkan jumlah genotif yang homozigot dan menurunkan jumlah yang heterozigot (Darmawati, 2005).
INTERAKSI GEN
GEN LETAL
Gen letal atau gen kematian adalah gen yang dalam keadaan homozigotik dapat menyebabkan kematain individu yang dimilikinya. Ada gen letal yang bersifat dominan dan ada pula yang resesip. Gen letal ialah gen yang dapat mengakibatkan kematian pada individu homozigot. Kematian ini dapat terjadi pada masa embrio atau beberapa saat setelah kelahiran.Akan tetapi, adakalanya pula terdapat sifat subletal, yang menyebabkan kematian pada waktu individu yang bersangkutan menjelang dewasa. Ada dua macam gen letal, yaitu gen letal dominan dan gen letal resesif. Gen letal dominan dalam keadaan heterozigot dapat menimbulkan efek subletal atau kelainan fenotipe, sedang gen letal resesif cenderung menghasilkan fenotipe normal pada individu heterozigot.
Peristiwa letal dominan antara lain dapat dilihat pada ayam redep (creeper), yaitu ayam dengan kaki dan sayap yang pendek serta mempunyai genotipe heterozigot (Cpcp). Ayam dengan genotipe CpCp mengalami kematian pada masa embrio. Apabila sesama ayam redep dikawinkan, akan diperoleh keturunan dengan nisbah fenotipe ayam redep (Cpcp) : ayam normal (cpcp) = 2 : 1. Hal ini karena ayam dengan genotipe CpCp tidak pernah ada.
Sementara itu, gen letal resesif misalnya adalah gen penyebab albino pada tanaman jagung. Tanaman jagung dengan genotipe gg akan mengalami kematian setelah cadangan makanan di dalam biji habis, karena tanaman ini tidak mampu melakukan fotosintesis sehubungan dengan tidak adanya khlorofil. Tanaman Gg memiliki warna hijau kekuningan, sedang tanaman GG adalah hijau normal. Persilangan antara sesama tanaman Gg akan menghasilkan keturunan dengan nisbah fenotipe normal (GG) : kekuningan (Gg) = 1 : 2.
Gen letal dominan
Beberapa contoh dapat dikemukakan disini.
  1. Pada ayam dikenal gen dominan C yang bila homozigotik akan bersifat letal dan menyebabkan kematian. Alelnya resesip c mengatur pertumbuhan tulang normal. Ayam heterozigot Cc dapat hidup, tetapi memperlihatkan cacat, yaitu memiliki kaki pendek. Ayam demikian disebut ayam redep (Creeper). Meskipun ayam ini Nampak biasa, tetapi ia sesungguhnya menderita penyakit keturunan yang disebut achondroplasia. Ayam homozigot CC tidak pernahdikenal, sebab sudah mati waktu embryo. Banyak kelainan terdapat padanya, sepeti kepala rusak, rangka tidak mengalami penulangan, mata kecil dan rusak. Perkawinan antara dua ayam redep meghasilkan keturunan dengan perbandingan 2 ayam redep:1 ayam normal. Ayam redep Cc itu sebenarnya berasal dari ayam normal (homozigot cc), tetapi salah satu gen resesip c mengalami mutasi gen (perubahan gen) dan berubah menjadi gen dominan C.
  2. Pada manusia dikenal Brakhifalangi, adalah keadaan bahwa orang yan berjari pendek dan tumbub menjadi satu. Cacat ini disebabkan oleh gen dominan B dan merupakan cacat keturunan. Penderita Brakhtifalangi adalah heterozigot Bb, sedang orang berjari normal adalah homozigot bb. Jika gen dominan gomozigotik (BB) akan memperlihatkan sifat letal. Jika ada dua orang brakhtifalaangi kawin, maka anak-anaknya kemungkinan memperlihatkan perbandingan 2 Brakhtifalangi: 1 Normal.
  3. Pada tikus dikenal gen letal dominan Y (Yellow) yang dalam keadaan heterozigotik menyebabkan kulit tikus berpigmen kuning. Tikus homozigot YY tidak dikenal,sebab letal. Tikus homozigot yy normal dan berpigmen kelabu. Perkawinan 2 tikus kuning akan menghasilkan anak dengan perbandingan 2 tikus kuning:1 tikus kelabu (normal). Dari ke tiga contoh dimuka dapat diketahui bahwa gen dminan letal baru akan nampak pengaruhnya letal apabila homozigotik. Dalam keadaan heterozigotik gen dominan letal itu tidak mengakibatkan kematian, namun biasanya menimbulkan cacat.
Gen Letal resesip
Beberapa contoh dapat dikemukakan disini:
  1. Pada jagung (Zea mays) dikenal gen dominan G yang bila homozigotik menyebabkan tanaman dapat membentuk klorofil (zat hijau daun) secara normal, sehingga daun berwarna hijau benar. Alelnya resesip g bila homozigotik (gg) akan memperlihatkan pengaruhnya letal, sebab klorofil tidak akan berbentuk sama sekali pada daun lembaga, sehingga kecambah akan segera mati. Tanaman heterozigot Gg akan mempunyai daun hijau kekuningan, tetapi dapat hidup terus sampai menghasilkan buah dan biji, jadi tergolong normal. Jika 2 tanaman yangdaunnya hijau kekuninan dikawinkan maka keturunannya akan memperlihatkan perbandingan 1 berdaun hijau normal: 2 berdaun hijau kekuningan.
  2. Pada manusia dikenal gen letal resesip I yang bila homozigotik akan memperlihatkan pengaruhnya letal, yaitu timbulnya penyakit Ichytosis congenita. Kulit menjadi kering dan betanduk. Pada permukaan tubuh terdapat bendar-bendar berdarah. Biasanya bayi telah mati dalam kandungan.
  3. Pada sapi dikenal gen resesip am, yang bila homozigotik (amam) akan memperlihatkan pengaruhnya letal. Anak sapi yang lahir, tidak mempunyai kaki sama sekali. Walaupun anak sapi ini hidup, tetapi karena cacatnya amat berat, maka kejadian ini tergolong sebagai letal. Sapi homozigot dominan AmAm dan heterozigot Amam adalah nomal. Cara menurunya gen letal resesip ini sama seperti pada contoh dimuka. andaikan ada sapi jantan heterozigot Amam kawin dengan sapi betina homozigot dominan AmAm, maka anak-anaknya akan terdiri dari sapi homozigot AmAm dan heterozigot Amam, di kemudian hari anak-anak sapi ini dibiarkan kawin secara acakan (random).
Tabel
Karena sapi F1 terdiri dari 2 macam genotip, yaitu AmAm dan Amam, maka ada 4 kemungkinan perkawinan, ialah:
  • 1 kemungkinan AmAm X AmAm, jantan betina bolak-balik
  • 1 kemungkinan betina AmAm X jantan Amam
  • 1 kemungkinan jantan AmAm X betina Amam
  • 1 kemungkinan Amam X Amam, jantan betina bolak-balik.
Oleh Karena sapi homozigot resesip amam letal, maka sapi-sapi F2 akan memperlihatkan perbandingan genotip 9 AmAm : 6 Amam. Dari berbagai keterangan di muka dapat diambil kesimpulan bahwa hadirnya gen letal menyebabkan keturunan menyimpang dai hukum mendel, sebab perkawinan monohybrid tidak menunjukan perbandingan 3:1 dalam keturunan, melainkan 2:1.
Mendeteksi dan mengeliminir gen-gen letal
Dari keterangan dimuka dapat diketahui, bahwa gen letal dominan dalam keadaan heterozigotik akan memperlihatkan sifat cacat, tetapi gen letal resesip tidak demikian halnya. Berhubung dengan itu lebih mudah kiranya untuk mendeteksi hadirnya gen letal dominan pada satu individu daripada gen letal resesip.
Gen-gen letal dapat dihilangkan (dieliminir) dengan jalan mengadakan perkawinan berulang kali pada individu yang menderita cacat akibat adanya gen letal.Tentu saja hal ini mudah dapat dilakukan pada hewan dan tumbuh-tumbuhan tetapi tidak pada manusia.
INTERAKSI ANTAR GEN-GEN
Selain mengalami berbagai modifikasi nisbah fenotipe karena adanya peristiwa aksi gen tertentu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak melibatkan modifikasi nisbah fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen nonalelik. Peristiwa semacam ini dinamakan interaksi gen.
Peristiwa interaksi gen pertama kali dilaporkan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet setelah mereka mengamati pola pewarisan bentuk jengger ayam. Dalam hal ini terdapat empat macam bentuk jengger ayam, yaitu mawar, kacang, walnut, dan tunggal, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.12.
Persilangan ayam berjengger mawar dengan ayam berjengger kacang menghasilkan keturunan dengan bentuk jengger yang sama sekali berbeda dengan bentuk jengger kedua tetuanya. Ayam hibrid 

ENZIM YANG BERPERAN DALAM PRODUK OLAHAN PETERNAKAN

ENZIM YANG BERPERAN DALAM PRODUK OLAHAN PETERNAKAN
enzim merupakan salah satu produk yang banyak digunakan atau diaplikasikan untuk keperluan industri seperti industri makanan, minuman, farmasi, kosmetik dan lain sebagainya. Beberapa contoh jenis enzim yang banyak digunakan dalam produk olahan peternakan :
1.      Rennet
Rennet adalah enzim yang digunakan dalam proses pembuatan keju (cheese) yang terbuat dari bahan dasar susu. Susu adalah cairan yeng tersusun atas protein yang terutama kasein yang dapat mempertahankan bentuk cairnya. Rennet merupakan kelompok enzim protease yang ditambahkan pada susu pada saat proses pembuatan keju. Rennet berperan untuk menghidrolisis kasein terutama kappa kasein yang berfungsi mempertahankan susu dari pembekuan. Enzim yang paling umum yang diisolasi dari rennet adalah chymosin. Chymosin dapat diisolasi dari beberapa jenis binatang, mikroba atau sayuran. Chymosin yang berasal dari mikroorganisme lokal atau asli yang belum mendapat rekayasa genetik dalam aplikasi pembuatan keju atau cheddar kadang-kadang menjadi kurang efektif.
2.      Laktase
Laktase adalah enzim likosida hidrolase yang berfungsi untuk memecah laktosa menjadi gula penyusunnya yaitu glukosa dan galaktosa. Tanpa suplai atau produksi enzim laktase yang cukup dalam usus halus, akan menyebabkan terjadinya lactose intolerant yang mengakibatkan rasa tidak nyaman diperut (seperti kram, banyak buang gas, atau diare) dalam saluran cerna selama proses pencernaan produk-produk susu. Secara komersial laktase digunakan untuk menyiapkan produk-produk bebas laktosa seperti susu. Ini juga dapat digunakan untuk membuat es krim dalam pembuatan cream dan rasa produk yang lebih manis. Laktase biasanya diisolasi dari yeast (Kluyveromyces sp.) dan fungi (Aspergillus sp.).
3.      Katalase
Katalase adalah enzim yang dapat diperoleh dari hati sapi (bovine livers) atau sumber mikrobial. Katalase digunakan untuk mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan molekul oksigen.
Enzim ini digunakan secara terbatas pada proses produksi keju. Hidrogen peroksida selain digunakan sebagai agen bleaching atau pemutih di industri kertas atau tekstil, juga digunakan untuk melindungi buah dan sayuran segar dari bakteri patogen seperti Salmonella atau E.coli, pasteurisasi produk susu, ataupun digunakan dalam sterilisasi karton pembungkus jus atau susu segar sehingga tak perlu pendinginan.
4.      Lipase
Lipase digunakan untuk memecah atau menghidrolisis lemak susu dan memberikan flavour keju yang khas. Flavour dihasilkan karena adanya asam lemak bebas yang diproduksi ketika lemak susu dihidrolisis. Selain pada industri pengolahan susu Lipase juga digunakan pada industri lainnya.
5.      Protease
Protease adalah enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis ikatan peptida dari senyawa-senyawa protein dan diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana (asam amino). Protease yang dipakai secara komersial seperti serine, protease, dan metalloprotease biasanya berasal dari Bacillus subtilis yang mempunyai kemampuan produksi dan sekresi enzim yang tinggi.
Enzim protease berfungsi melembekkan, melembutkan atau menurunkan gluten yang membentuk protein. Contoh protease yang dapat dimanfaatkan adalah bromelin dan papain sebagai bahan pengempuk daging. Enzim protease dapat digunakan sebagai pelembut daging bagi daging yang liat supaya mudah dikunyah, dan membantu menanggalkan kulit ikan dalam industri pengetinan ikan.
JENIS-JENIS ENZIM DALAM INDUSTRI PAKAN TERNAK
Terdapat empat type enzim yang mendominasi pasar pakan ternak saat ini yaitu enzim untuk memecah serat, protein, pati dan asam pitat (Sheppi, 2001).
a.       Enzim Pemecah Serat
Keterbatasan utama dari pencernaan hewan monogastrik adalah bahwa hewan-hewan tersebut tidak memproduksi enzim untuk mencerna serat. Pada ransum makanan ternak yang terbuat dari gandum, barley, rye atau triticale (sereal viscous utama), proporsi terbesar dari serat ini adalah arabinoxylan dan ß-glucan yang larut dan tidak larut (White et al., 1983; Bedford dan Classen, 1992 diacu oleh Sheppy, 2001).  Serat yang dapat larut dan meningkatkan viskositas isi intestin yang kecil, mengganggu pencernaan nutrisi dan karena itu menurunkan pertumbuhan hewan.
Kandungan serat pada gandum dan barley sangat bervariasi tergantung pada varitasnya, tempat tumbuh, kondisi iklim dan lain-lain.  Hal ini dapat menyebabkan variasi nilai nutrisi yang cukup besar di dalam ransum makanan.  Untuk memecah serat, enzim-enzim xylanase dan ß-glucanase) dapat menurunkan tingkat variasi nilai nutrisi pada ransum dan dapat memberikan perbaikan dari pakan ternak sekaligus konsistensi responnya pada hewan ternak.  Xylanase dihasilkan oleh mikroorganisme baik bakteri maupun jamur. 
b.      Enzim Pemecah Protein
Berbagai bahan mentah yang digunakan sebagai bahan pakan ternak mengandung protein.  Terdapat variasi kualitas dan kandungan protein yang cukup besar  dari bahan mentah yang  berbeda.  Dari sumber bahan protein primer seperti kedelai, beberapa faktor anti nutrisi seperti lectins dan trypsin inhibitor dapat memicu kerusakan pada permukaan penyerapan, karena ketidaksempurnaan proses pencernaan.  Selain itu belum berkembangnya sistem pencernaan pada hewan muda menyebabkan tidak mampu menggunakan simpanan protein yang besar di dalam kedelai (glycin dan ß-conglycinin).
Penambahan protease dapat membantu menetralkan pengaruh negatif dari faktor anti-nutrisi berprotein dan juga dapat memecah simpanan protein yang besar menjadi molekul yang kecil dan dapat diserap.
c.       Enzim pemecah Pati
Jagung merupakan sumber pati yang sangat baik sehingga para ahli gizi menyebutnya sebagai bahan mentah standard emas.  Sebagian besar ahli gizi tidak mempertimbangkan pencernaan jagung adalah jelek: kenyataannya bahwa 95 %  dapat dicerna.  Namun hasil penelitian Noy dan Sklan (1994) yang diacu oleh Sheppi (2001), pati hanya dicerna tidak lebih dari 85 % pada ayam broiler umur 4 dan 21 hari.  Penambahan enzim amylase pada makanan ayam dapat membantu mencerna pati lebih cepat di intestin yang kecil dan pada gilirannya dapat memperbaiki kecepatan pertumbuhan karena adanya peningkatan pengambilan nutrisi.
Pada masa aklimatisasi, anak ayam sering menderita shok karena perubahan nutrisi, lingkungan dan status imunitasnya.  Penambahan amilase, biasanya juga bersamaan dengan penambahan enzim lain, untuk meningkatkan produksi enzim endogeneous telah terbukti dapat memperbaiki pencernaan nutrisi dan penyerapannya.
d.      Enzim Pemecah Asam pitat
Phospor merupakan unsur esensial untuk semua hewan, karena diperlukan untuk mineralisasi tulang, imunitas, fertilitas dan juga pertumbuhan.  Swine dan Unggas hanya dapat mencerna Phospor dalam bentuk asam pitat yang terdapat dalam sayur sekitar 30-40 %.  Phospor yang tidak dapat dicerna akan keluar bersama kotoran (feces) dan menimbulkan pencemaran.
Enzim pytase dapat memecah asam pytat, maka penambahan enzim tersebut pada pakan ternak akan membebaskan lebih banyak phospor yang digunakan oleh hewan.
Enzime phytase banyak dikenal dapat menghilangkan pengaruh anti nutrisi asam phitat. Penggunaan enzime phytase  dalam pakan akan mengurangi keharusan penambahan sumber-sumber fosfor anorganik   mengingat fosfor asal bahan baku tumbuhan terikat dalam asam phitat yang mengurangi ketersediaannya dalam pakan. Padahal suplementasi fosfor anorganik misalnya mengandalkan di calcium phosphate maupun mono calcium phosphate relatif mahal belakangan ini. Di samping itu, fosfor yang terikat dalam asam phitat yang tidak bisa dicerna sempurna oleh sistem pencernaan hewan monogastrik akan ikut dalam feses dan menjadi sumber polutan yang berpotensi mencemari tanah. Fosfor adalah tidak terurai dalam tanah sehingga dalam jangka panjang, pembuangan feses dengan kandungan fosfor tinggi akan menimbulkan masalah bagi tanah. 
Terdapat dua keuntungan menggunakan phytase dalam pakan ternak yaitu (1) pengurangan biaya pakan dari pengurangan suplemen P pada makanan dan (2) pengurangan polusi dari berkurangnya limbah melalui feces.

PERENCANAAN PEMBUATAN KANDANG SAPI PERAH



PERENCANAAN PEMBUATAN KANDANG SAPI PERAH
Hasil Dari Pengamatan Pengukuran Kandang
·         Panjang kandang                                       : 33 m
·         Lebar kandang                                          : 7,7 m
·         Lebar baring sapi                                       : 1,48 m isi 1 ekor
:2,84 m isi 2 ekor      
·         Panjang baring sapi                                   : 2,93 m
·         Tinggi sekat tembok pinggir                     : 1,45 m          
·         Jumlahlampu                                             : 8 buah
·         Lebar  pintu kandang                                : 1,7 m
·         Panjang sekat besi pembatas  sapi : 186 cm


Harga Bahan Pembangunan Kandang
No.
Nama Bahan
Harga
1.
Bata
Rp. 400/biji
2.
Pasir
Rp. 300.000/truk
3.
Semen
Rp. 51.000/sak
4.
Genteng
Rp. 1.100/biji
5.
Kayu
Rp. 75.000/batang 4M(10X12)
6.
Batu
Rp. 200.000/truk
7.
Bambu
Rp. 12.000/batang
8.
Besi
Rp. 145.000/sekat
9.
Kapur
Rp. 100.000/kuintal
10.
Usuk
Rp. 175.000/6 batang
11.
Lampu Philip
Rp. 35.000/buah (18 watt)
12.
Paku
Rp. 13.000/kg


HASIL PERINCIAN
Dalam Panjang  dan Lebar Kandang Yang Sudah di Ukur diPerkirakan Membutuhkan Bahan Sebagai Berikut:
Nama Bahan
Jumlah Bahan yang di Butuhkan
Harga Satuan
Total
1.
Bata
±9.000 biji                       
Rp. 400
Rp.
2.
Pasir
±4 truk
Rp. 300.000
Rp. 1.200.000
3.
Semen
± 153 sak
Rp. 51.000
Rp. 7.803.000
4.
Genteng
± 8.500 biji
Rp. 1.100
Rp. 9.350.000
5.
Kayu
±175 batang
Rp. 75.000
Rp. 12.125.000
6.
Batu
±4 truk
Rp. 200.000
Rp. 800.000
7.
Bambu
±95 batang
Rp. 12.000
Rp. 228.000
8.
Besi
±19 biji
Rp. 145.000
Rp. 2.775.000
9.
Usuk
±155 batang
Rp. 100.000
Rp. 15.500.000
10.
Lampu Philip
±8 buah
Rp. 35.000
Rp. 280.000
11.
Paku
±18 kg
Rp. 13.000
Rp. 234.000
12.
Tukang
±5 orang
Rp. 50.000
Rp. 250.000
13.
Kuli
±6 orang
Rp. 45.000
Rp. 270.000
14.
Kapur
± 4 kuintal
Rp. 100.000
Rp. 400.000

Total Pengeluaran dana pembuatan kandang sapi perah            Rp 1O2.430.000
KESIMPULAN Berdasarkan perincan tentang pembuatan kandang dapat di simpulkan bahwa pembuatan kandang sapi perah menghabiskan dana Rp 1O2.430.000
- See more at: http://www.komputerseo.com/2010/12/cara-memasang-gambar-animasi-lucu-di.html#sthash.4HAizZAx.dpuf

About Me

Powered by Blogger.
twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail